Sunatullah menyebutkan bahwa pergiliran kekuasaan di antara manusia adalah sebuah kemungkinan. “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) …” Namun pergilirian ini terjadi, selain atas izin Allah, juga bergulir sesuai dengan sunatullah yang lain; terpenuhinya prasyarat terjadinya pergeseran kekuasaan. Salah satu anasir kekuasaan/kejayaan adalah penguasaan sains dan teknologi.
Tatkala merebut Ankara Khalifah Harun Al Rasyid (786-809) dan ketika Khalifah Al Ma’mun (814-833) meraih kemenangan atas Kaisar Romawi Timur, Michel II, kedua pemimpin Islam itu tidak menuntut ganti rugi peperangan kecuali penyerahan manuskrip-manuskrip kuno. Di mesir pada abad ke-10, Khalifah Al Aziz memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku dan 16.000 diantaranya tentang matematika.
Tatkala merebut Ankara Khalifah Harun Al Rasyid (786-809) dan ketika Khalifah Al Ma’mun (814-833) meraih kemenangan atas Kaisar Romawi Timur, Michel II, kedua pemimpin Islam itu tidak menuntut ganti rugi peperangan kecuali penyerahan manuskrip-manuskrip kuno. Di mesir pada abad ke-10, Khalifah Al Aziz memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku dan 16.000 diantaranya tentang matematika.
MEREKA YANG TERLUPAKAN
Salah satu sumbangan sains Islam terbesar bagi peradaban manusia ialah prinsip kesatuan: bahwa tak ada pemisahan antara sains tentang alam dengan teologi atau kesenian di pihak lain. Begitu pula tidak terdapat pemisahan yang ketat antara macam-macam sains; dari matematika sampai geografi. Inilah yang menjadi jawaban mengapa terdapat banyak orang jenius yang menguasai sejumlah besar ilmu dengan ragam yang berbeda (ensiklopedik) dalam Islam.
Dalam tradisi barat, kita hanya sedikit menemukan orang jenius yang universal, umpamanya Leonardo Da Vinci. Namun dalam Islam terdapat banyak orang jenius yang universal, mulai Al Kindi sampai Ar Razi, dari Al Biruni sampai Ibnu Sina. Mereka merupakan pencipta serentak bidang ilmu mulai kedokteran dan matematika, teologi dan geografi serta ahli matematika.
Salah satu sumbangan sains Islam terbesar bagi peradaban manusia ialah prinsip kesatuan: bahwa tak ada pemisahan antara sains tentang alam dengan teologi atau kesenian di pihak lain. Begitu pula tidak terdapat pemisahan yang ketat antara macam-macam sains; dari matematika sampai geografi. Inilah yang menjadi jawaban mengapa terdapat banyak orang jenius yang menguasai sejumlah besar ilmu dengan ragam yang berbeda (ensiklopedik) dalam Islam.
Dalam tradisi barat, kita hanya sedikit menemukan orang jenius yang universal, umpamanya Leonardo Da Vinci. Namun dalam Islam terdapat banyak orang jenius yang universal, mulai Al Kindi sampai Ar Razi, dari Al Biruni sampai Ibnu Sina. Mereka merupakan pencipta serentak bidang ilmu mulai kedokteran dan matematika, teologi dan geografi serta ahli matematika.
1.MATEMATIKADalam perspektif Islam, matematika adalah suatu jalan yang menghubungkan antara apa yang dirasakan dan yang difikirkan, antara alam yang selalu berubah dan alam yang abadi. Ini sangat berbeda dengan landasan sains Yunani yang menjadi dasar pengembangan sains Rumawi. Keduanya didasarkan pada landasan empiris (sesuatu yang terlihat dan teraba)
Itulah yang kemudian melahirkan karya gemilang. Angka Arab membawa revolusi karena memperkenalkan angka nol, yang membuat penulisan angka menjadi tak terbatas. Selain itu angka Arab juga membuat penulisan menjadi mudah. Nomor angka Arab 4444 dalam angka Romawi ditulis menjadi MMMMCCCCXLIV. Kemudahan dan penemuan angka nol menjadi salah satu pemicu berkembangnya sains, teknik, industri, perdagangan dan ilmu tata buku.
Al Khawarizmi memberi sumbangsih besar dalam dunia matematika melalui bukunya Aljabar (yang hingga kini masih menjadi salah satu mata ajar wajib pada fakultas sains dan teknologi). Al Khawarizmi membuka jalan bagi bersatunya pemahaman angka sebagai ukuran besar dan angka sebagai “hubungan”.
Itulah yang kemudian melahirkan karya gemilang. Angka Arab membawa revolusi karena memperkenalkan angka nol, yang membuat penulisan angka menjadi tak terbatas. Selain itu angka Arab juga membuat penulisan menjadi mudah. Nomor angka Arab 4444 dalam angka Romawi ditulis menjadi MMMMCCCCXLIV. Kemudahan dan penemuan angka nol menjadi salah satu pemicu berkembangnya sains, teknik, industri, perdagangan dan ilmu tata buku.
Al Khawarizmi memberi sumbangsih besar dalam dunia matematika melalui bukunya Aljabar (yang hingga kini masih menjadi salah satu mata ajar wajib pada fakultas sains dan teknologi). Al Khawarizmi membuka jalan bagi bersatunya pemahaman angka sebagai ukuran besar dan angka sebagai “hubungan”.
2.ASTRONOMI
Dalam bidang astronomi, prestasi ilmuwan Islam melewati apa yang diwariskan Ptolomeus. Al Battani (877-918) menulis alasan kenapa ilmuwan Islam banyak menekuni astronomi,”Dengan ilmu bintang-bintang manusia mendapatkan bukti tentang kesatuan Allah dan sampai kepada pengertian tentang kebijaksanaan karyanya.”
Ahli-ahli astronomi Khalifah Al Ma’mun pada abad ke-9 mengira panjang garis meridien bumi 111.814 m (pada waktu ini angka yang disetujui para ahli adalah 110.938).
Dalam bidang astronomi, prestasi ilmuwan Islam melewati apa yang diwariskan Ptolomeus. Al Battani (877-918) menulis alasan kenapa ilmuwan Islam banyak menekuni astronomi,”Dengan ilmu bintang-bintang manusia mendapatkan bukti tentang kesatuan Allah dan sampai kepada pengertian tentang kebijaksanaan karyanya.”
Ahli-ahli astronomi Khalifah Al Ma’mun pada abad ke-9 mengira panjang garis meridien bumi 111.814 m (pada waktu ini angka yang disetujui para ahli adalah 110.938).
3.PEMIKIR UNIVERSAL & TEKNOLOGI
Salah satu tokoh sains Islam adalah Ibnu Khaldun. Ia memiliki pemikiran yang universal sebagai seorang ilmuwan, seniman, negarawan, ahli hukum dan filosof. Tatkala ia mempelajari dasar-dasar kekuasaan dan asal-usul dinasti-dinasti, ia menunjukkan kemahiranyant tak dapat ditunjukkan oleh Machiavelli dalam bukunya Prince, satu abad kemudian. Dan ketika ia menjelaskan metode sejarah bagi penulisan sejarah secara ilmiah ia melakukannya dengan kemahiran seperti Montesquieu menulis Esprit des lois (Jiwa Perundang-undangan)
Pada aba ke-16 seorang insinyur Italia bernama Jeranello Turriano melakukan penelitian di Toledo tentang karya-karya hidrolik orang-orang Islam yang didasarkan atas tekanan air dan udara, seperti pada pembuatan air mancur, menaikkan air untuk irigasi dan untuk penggilingan-penggilingan gandum. Penemuan-penemuan ilmuwan Arab itulah yang pada abad ke-17 menjadi dasar bagi Torricelli di Italia untuk menciptakan barometer dan bagi Vaucanson di Perancis untuk menciptakan alat-alat otomatik.
Begitu pula karangan Al Jazari tentang mesin-mesin pada abad XIII jauh lebih maju dari buku mekanika karangan Heron dari Iskandariyah abad ke-1 dan Pneumatik karangan Philon di Bizantium pada abad ke-2.
4.KEDOKTERAN
Salah satu tokoh sains Islam adalah Ibnu Khaldun. Ia memiliki pemikiran yang universal sebagai seorang ilmuwan, seniman, negarawan, ahli hukum dan filosof. Tatkala ia mempelajari dasar-dasar kekuasaan dan asal-usul dinasti-dinasti, ia menunjukkan kemahiranyant tak dapat ditunjukkan oleh Machiavelli dalam bukunya Prince, satu abad kemudian. Dan ketika ia menjelaskan metode sejarah bagi penulisan sejarah secara ilmiah ia melakukannya dengan kemahiran seperti Montesquieu menulis Esprit des lois (Jiwa Perundang-undangan)
Pada aba ke-16 seorang insinyur Italia bernama Jeranello Turriano melakukan penelitian di Toledo tentang karya-karya hidrolik orang-orang Islam yang didasarkan atas tekanan air dan udara, seperti pada pembuatan air mancur, menaikkan air untuk irigasi dan untuk penggilingan-penggilingan gandum. Penemuan-penemuan ilmuwan Arab itulah yang pada abad ke-17 menjadi dasar bagi Torricelli di Italia untuk menciptakan barometer dan bagi Vaucanson di Perancis untuk menciptakan alat-alat otomatik.
Begitu pula karangan Al Jazari tentang mesin-mesin pada abad XIII jauh lebih maju dari buku mekanika karangan Heron dari Iskandariyah abad ke-1 dan Pneumatik karangan Philon di Bizantium pada abad ke-2.
4.KEDOKTERAN
Sains Islam juga memberikan sumbangsih besarnya pada bidang kedokteran. Dan seperti juga bidang ilmu yang lain, salah satu ciri yang menonjol dalam sains kedokteran Islam adalah sifat-sifat pokok dan cara-caranya mendekati problema, bersumber dari pandangan tentang alam dari perhatian yang terus menerus terhadap kesatuan menurut prinsip Islam : Tauhid.
Kedokteran Islam menitik beratkan pada pencegahan. Adab mengambil air wudhu, serta kebersihan jasmani, menjauhkan diri dari alkohol dan puasa telah mendorong munculnya buku ilmiah tentang peraturan makanan di Andalusia, pada abad ke-12, yaitu buku tentang diet karya Marwah bin Zuhri.
Ensiklopedia tentang kedokteran karangan Ar Razi (865-925) yang di Barat dinamakan Continent, merupakan satu-satunya buku ilmiah yang pengaruhnya meluas dan bertahan selama 10 abad. Karangan Ar Razi, tentang cacar dan kapag (variole) yang ditulis pada permulaan abad ke-10 telah dicetak ulang 40 kali dari tahun 1898 sampai 1866.
Pengaruh Ar Razi dalam dunia kedokteran masih dikalahkan oleh Ibnu Sina yang dilahirkan dekat Bukhara pada tahun 980. Karyanya Al Qanun Fithbbi yang disalin ke dalam bahasa latin oleh Gerald de Cremone sampai zaman renaissance masih merupakan ensiklopedi kedokteran besar karena lengkap dan jelasnya klasifikasi tentang penyakit dan gejalanya.
Dan seperti juga Ar Razi, Ibnu Sina merupakan jenius yang menguasai banyak bidang ilmu. Mulai dokter, ahli fisika dan ahli syair. Begitu pula Ibnu Haitam (965-1039). Di Barat dikenal dengan Al Hazen, ia adalah seorang ahli matematika, astronomi, insinyur dan ilmuwan yang banyak menulis tentang optik. Roger Bacon yang mendapat pendidikan ilmiah di universitas-universitas Islam di Spanyol, tidak segan-segan menyalin optik Ibnu Haistam dalam bagian ke-5 dari bukunya Opus Majus yang dikhususkan untuk membicarakan soal perspektif.
Ahli bedah dari Andalus, Abdul Qasim (meninggal pada 1013) menyelidiki TBC tulang punggung tujuh setengah abad sebelum Percivall Pott (1713-1590) dan mempraktekkan penyambungan pembuluh darah pada waktu amputasi enam ratus sebelum Ambroise Pare (1517-1590).
Ensiklopedia tentang kedokteran karangan Ar Razi (865-925) yang di Barat dinamakan Continent, merupakan satu-satunya buku ilmiah yang pengaruhnya meluas dan bertahan selama 10 abad. Karangan Ar Razi, tentang cacar dan kapag (variole) yang ditulis pada permulaan abad ke-10 telah dicetak ulang 40 kali dari tahun 1898 sampai 1866.
Pengaruh Ar Razi dalam dunia kedokteran masih dikalahkan oleh Ibnu Sina yang dilahirkan dekat Bukhara pada tahun 980. Karyanya Al Qanun Fithbbi yang disalin ke dalam bahasa latin oleh Gerald de Cremone sampai zaman renaissance masih merupakan ensiklopedi kedokteran besar karena lengkap dan jelasnya klasifikasi tentang penyakit dan gejalanya.
Dan seperti juga Ar Razi, Ibnu Sina merupakan jenius yang menguasai banyak bidang ilmu. Mulai dokter, ahli fisika dan ahli syair. Begitu pula Ibnu Haitam (965-1039). Di Barat dikenal dengan Al Hazen, ia adalah seorang ahli matematika, astronomi, insinyur dan ilmuwan yang banyak menulis tentang optik. Roger Bacon yang mendapat pendidikan ilmiah di universitas-universitas Islam di Spanyol, tidak segan-segan menyalin optik Ibnu Haistam dalam bagian ke-5 dari bukunya Opus Majus yang dikhususkan untuk membicarakan soal perspektif.
Ahli bedah dari Andalus, Abdul Qasim (meninggal pada 1013) menyelidiki TBC tulang punggung tujuh setengah abad sebelum Percivall Pott (1713-1590) dan mempraktekkan penyambungan pembuluh darah pada waktu amputasi enam ratus sebelum Ambroise Pare (1517-1590).
Pasang Surut Sejarah Islam
Setelah melalui masa-masa gemilang, sains Islam mulai kehilangan nyalanya bersamaan dengan pudarnya cahaya Islam di negeri-negeri Muslim.
Drs. Sidi Gazalba, dalam Masyarakat Islam; Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, membagi kurun sejarah Islam selama 14 abad menjadi tiga. Kurun pertama ditandai dengan munculnya nubuwah (kenabian) yang juga merupakan awal masa kejayaan umat Islam. Pada kurun ini, Rasulullah saw beserta khulafaurrasyidiin mempraktekkan Islam seutuhnya hingga membawa peradaban Islam menuju tangga kejayaannya.
Kurun ini berlangsung sejak 650 hingga 1250 M. Termasuk dalam kurun ini adalah masa perpecahan, antara Bani Umaiyah dan Abasyiyah. Saat itu, kegiatan keilmuan difokuskan pada pendalaman ilmu-ilmu syar’i, seperti tafsir, hadits, fikih dan yang sejenisnya.
Kurun kedua disebut kurun pertengahan berlangsung antara 1250 hingga 1800. Masa ini terbagi dalam tiga rentang sejarah. Masa kemunduran antara 1250 hingga 1500. Masa kehancuran itu bermula dari serbuan Jengis Khan (1212 M). Masjid dan madrasah dihancurkan oleh Hulagu. Perpustakaan Baghdad yang kaya dengan koleksi karya-karya ilmuwan Islam dibakar. Periode setelah kehancuran Jengis Khan, dunia Islam sempat muncul ke permukaan melalui hadirnya tiga kerajaan besar : Utsmani di Turki, Safawi di Persi dan Mogol di India. Namun semangat ilmu yang muncul jaman Abasyiyah kini diganti dengan tasauf dan tarikat. Dan ini berakibat pada lemahnya semangat dan etos kerja umat. Jika masa Abasyiyah menonjolkan sesuatu yang nyata, rasional dan mengabaikan yang ghaib, masa tiga kerajaan besar sebaliknya; berfokus pada hal yang ghaib dan mengabaikan yang nyata (pengejaran dan eksperimen ilmu)
Periode ketiga kurun baru 1800 hingga 1924. Masa ini diakhiri dengan tumbangnya kekhalifahan Islam di Turki.Dalam kondisi terpuruk inilah umat Islam kini mesti menghadapi kejayaan sains Barat.
Dihitung dari masa terakhir kurun terbawah ummat Islam, menjelang datangnya abad ke-21 sudah tiga abad sains Islam tidur dan tak memberi sumbangsih besar bagi peradaban. Sebagaimana yang telah dicontohkan para pendahulunya.
Kurun ini berlangsung sejak 650 hingga 1250 M. Termasuk dalam kurun ini adalah masa perpecahan, antara Bani Umaiyah dan Abasyiyah. Saat itu, kegiatan keilmuan difokuskan pada pendalaman ilmu-ilmu syar’i, seperti tafsir, hadits, fikih dan yang sejenisnya.
Kurun kedua disebut kurun pertengahan berlangsung antara 1250 hingga 1800. Masa ini terbagi dalam tiga rentang sejarah. Masa kemunduran antara 1250 hingga 1500. Masa kehancuran itu bermula dari serbuan Jengis Khan (1212 M). Masjid dan madrasah dihancurkan oleh Hulagu. Perpustakaan Baghdad yang kaya dengan koleksi karya-karya ilmuwan Islam dibakar. Periode setelah kehancuran Jengis Khan, dunia Islam sempat muncul ke permukaan melalui hadirnya tiga kerajaan besar : Utsmani di Turki, Safawi di Persi dan Mogol di India. Namun semangat ilmu yang muncul jaman Abasyiyah kini diganti dengan tasauf dan tarikat. Dan ini berakibat pada lemahnya semangat dan etos kerja umat. Jika masa Abasyiyah menonjolkan sesuatu yang nyata, rasional dan mengabaikan yang ghaib, masa tiga kerajaan besar sebaliknya; berfokus pada hal yang ghaib dan mengabaikan yang nyata (pengejaran dan eksperimen ilmu)
Periode ketiga kurun baru 1800 hingga 1924. Masa ini diakhiri dengan tumbangnya kekhalifahan Islam di Turki.Dalam kondisi terpuruk inilah umat Islam kini mesti menghadapi kejayaan sains Barat.
Dihitung dari masa terakhir kurun terbawah ummat Islam, menjelang datangnya abad ke-21 sudah tiga abad sains Islam tidur dan tak memberi sumbangsih besar bagi peradaban. Sebagaimana yang telah dicontohkan para pendahulunya.
Wassalaam….
Copas dari : Hasyim Ibrahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar